Perasaan haru dan bahagia terpancar dari wajah segenap 33 CPNS yang lulus di lingkungan UIN SMH Banten. Perasaan haru karena untuk mencapai titik kelulusan CPNS tentu tidak mudah. 33 CPNS ini harus bersaing dengan ratusan pelamar lain dengan lika-liku ujian CPNS di masa pandemi. Tentu, untuk mencapai titik saat ini, ada banyak cerita perjuangan, harus meninggalkan kampung halaman dan siap menetap demi pengabdian.
Senin, 11 Januari juga menjadi hari bersejarah bagi 33 CPNS ini. Mereka berbahagia karena hari tersebut agenda penyerahan Surat Keputusan CPNS untuk masing-masing CPNS diserahkan. Hal ini tentu tak lepas dari peranan, usaha keras, upaya sungguh-sungguh dari UIN SMH Banten itu sendiri yang dalam hal ini dikomandoi oleh Bapak Taufiq dan Ibu Rida. Beliau berdua-lah yang telah mengupayakan semua keperluan teknis administratif bagi 33 CPNS UIN SMH Banten hingga akhirnya SK berhasil diperoleh.
Selain pembagian SK CPNS, agenda yang tak kalah penting adalah apresiasi dari para Wakil Rektor untuk hadir dan memberikan banyak wawasan. Dalam sambutan dan arahannya, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Prof. Dr. H.E. Syarifudin, M.Pd menegaskan pentingnya untuk menjadi insan yang bukan saja memiliki level tinggi dalam bidang akademik, namun juga mampu bersinergi dan berinteraksi dengan baik pada siapapun yang ada di lingkungan UIN SMH Banten. Beliau juga mengingatkan, bahwa setahun ke depan adalah masa orientasi (training) bagi 33 CPNS ini. Sehingga, diharapkan waktu satu tahun ini bisa menjadi media belajar untuk tetap bekerja secara professional pada unit masing-masing.
Catatan dan arahan yang juga sangat mengena disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Wawan Wahyudin, M. Pd. Beliau memaparkan bahwa ada empat kelemahan yang perlu diakui lembaga keagamaan khususnya UIN yaitu pertama adalah bahasa (language). Kedua, penelitian (research). Ketiga, literasi (literacy). Dan terakhir adalah manajemen (management). Bahasa sebagai media penyampai pesan semestinya harus dipelajari oleh para akademisi agar mampu bersaing di kancah internasional. Beliau mengutip ungkapan yang begitu indah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ‘Barangsiapa yang mampu menguasai bahasa suatu kaum, maka ia akan selamat,’.
Kendala berikutnya yang menjadi tantangan adalah kemampuan riset dan literasi. Riset sebagai metode untuk mencari jawaban atas kesenjangan yang terjadi di masyarakat dan upaya solutif yang ditawarkan, semestinya juga mampu dilakukan oleh para tenaga pendidik (dosen). “Meski kegiatan penelitian ini sebenarnya mampu dilakukan oleh para guru, misalnya. Tetap perguruan tinggi memiliki porsi yang lebih besar,” ucap beliau.
Literasi juga menjadi tantangan tersendiri karena untuk menyampaikan istilah-istilah keagamaan, khususnya di era kemajuan teknologi ini tidak mudah karena masyarakat memiliki kesempatan yang luas untuk mengakses informasi secara bebas via internet atau media sosial, tanpa memfilternya terlebih dulu. Beliau mengutip salah satu ayat Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 6 tentang pentingnya tabayyun—mencari kebenaran dalam setiap informasi yang diterima untuk menghindari hoax yang sangat mudah bertebaran. “Kalau dulu, para alim ulama kita mengkaji ilmu dari kutub, sekarang mah dari Youtube. Kalau dulu orang-orang rajin buka mushaf, sekarang lebih rajin buka Whatsapp!” tegas beliau.
Menyadari empat kelemahan tersebut, maka Dr. Wawan Wahyuddin berharap, 33 CPNS yang lulus ini mampu memberikan kontribusi positif pada salah satu atau bahkan keempat aspek kelemahan tersebut agar UIN SMH Banten menjadi lebih baik, inovatif, kompetitif dan berdaya saing. Diharapkan pula, 33 CPNS ini mengupayakan agar empat kelemahan mampu menjadi sumber kekuatan dengan membuka diri untuk mampu bersinergi juga berkolaborasi agar UIN SMH Banten semakin berjaya di kemudian hari. (ISF)
Comments
Post a Comment