Skip to main content

Belajar Ruh Amaliyah Bersama Dekan Tarbiyah

                                         Belajar Ruh Amaliyah Bersama Dekan Tarbiyah

Megah. Itulah kesan kami saat kali pertama menginjakkan kaki di kampus II Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Selasa (19/1). Kampus seluas lebih dari 40 hektare ini sudah dihuni lebih dulu oleh beberapa fakultas. Salah satunya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Selain untuk silaturrahim bersama pimpinan (dekan) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SMH Banten, kami, empat CPNS 2019 yang ditugaskan di Fakultas Tarbiyah yakni Ahmad Rofi Suryahadikusumah (Dosen Bimbingan Konseling Islam), Repa Hudan Lisalam (Dosen Tafsir Hadits), Yazid Rukmayadi (Dosen Speaking) dan Ina Salmah Febriani (Dosen ‘Ulumul Qur’an) juga ingin melihat lebih dekat bagaimana kondisi kampus tempat kami mengabdi nanti.

Kami disambut dengan hangat oleh Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. H. Subhan, M.Ed. Beliau merespon baik kehadiran kami, bukan saja untuk mengajar atau melaksanakan amanah pendidikan namun juga bisa memberikan kontribusi positif demi pengembangan fakultas. Generasi muda diharapkan bisa turut menyumbangkan ide-ide positif dan kreatif demi peningkatan kualitas dan kompetensi mahasiswa.



 

Lebih lanjut, Bapak Dr. Subhan mengutarakan keprihatinanya bahwa selama ini kurikulum yang ada lebih memprioritaskan aspek metodologis bukan aspek konten (isi) dari materi yang akan diajarkan. Sehingga, dekan dan seluruh tim bekerjasama untuk memberikan bobot yang lebih besar di konten (materi inti perkuliahan) sebanyak 60% dan aspek metodologis 40%. Mengapa? Sebab jika mahasiswa terlalu banyak di aspek metodologis, mereka hanya memeroleh materi-materi ‘kulit’ atau ‘permukaan’ belum mendalam materi yang dosen ajarkan.

“Karenanya, saat analisis kebutuhan, kami meminta betul agar dosen yang melamar ini memang spesialis di bidang yang akan diajar, tidak harus jurusan Pendidikan Agama Islam saja, karena masih terlalu umum. Misalnya dosen ‘Ulumul Qur’an atau Tafsir Hadits, dicari dari mereka yang memang S2-nya di bidang tersebut. Agar proses belajar lebih maskimal ” ucap  beliau.

Melihat cukup banyaknya peminat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, utamanya jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang saat ini tidak hanya lulusan pesantren, membuat Bapak Dr. Subhan mengusung formula baru agar bagaimana mahasiwa bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, “Sangat banyak juga mahasiwa yang berasal dari SMA juga SMK karena mereka mengikuti seleksi ujian nasional atau berbasis rapot. Oleh karena itu, karena kampus Islam, wawasan keagamaan rasanya tetap perlu menjadi fokus utama. Sebab masih ada mahasiswa yang belum lancar baca Al-Qur’an,”

Penguatan materi-materi berbasis agama atau Al-Qur’an bukan hanya keharusan tapi menjadi kebutuhan karena title yang disandang kampus besar Islam negeri. Sehingga nantinya, para dosen dengan spesifikasi keilmuan yang mumpuni diharapkan bisa berbagi  materi-materi perkuliahan yang spesifik, berbeda guna memperkaya wawasan mahasiswa.

 

Pertemuan pagi itu memberikan secercah semangat bagi kami untuk belajar memaknai ruh ‘amaliyah. Kami meyakini bahwa semua ilmu bisa dipelajari oleh siapa saja termasuk proses mentransfer ilmu (mengajar/ mendidik/ proses tarbiyah) yang sebenarnya bukan fokus untuk  mereka yang mendalami ilmu tarbiyah dan keguruan saja melainkan siapapun yang memiliki kemauan tinggi untuk memberikan kontribusi bagi kemaslahatan negeri. Semoga Allah memudahkan, Aamiin. (ISF)

Comments

Popular posts from this blog

Puasa Karena Pengen Masuk Surga, Atau?

Alhamdulillah , dengan penuh suka cita, sebagian besar umat Islam menyambut salah satu bulan mulia ( syahr haram ), bulan rajab yang kian mendekatkan kita ke bulan suci Ramadhan. Ungkapan suka cita itu termanifes dalam beragam bentuk, ada yang lebih rajin mengkaji al-Qur’an, memperbanyak shalat malam, merutinkan sedekah, sampai berupaya puasa sunnah. Terkait berpuasa di bulan Rajab, memang tidak ada ketentuan khusus atau hadits yang dijadikan rujukan. Jikapun ada, hadits itu dha’if (lemah) dan tertolak. Namun demikian, ada satu hadits yang menganjurkan umat Islam untuk merutinkan berpuasa sunnah pada bulan-bulan haram, meski tidak khusus hanya di bulan rajab karena bulan haram itu ada empat yakni Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan haram artinya bulan yang mulia. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Harits yang bertanya tentang puasa sunnah kepada beliau: “ Berpuasalah kamu di bulan kesabaran (Ramadhan), kem...