Skip to main content

Abdi Negara; Antara Ekspektasi dan Realita

 Assalaamu'alaikum semuanyaaaaa!

Apa kabar, nih?

Semoga selalu sehat, tenang, merasa cukup dan bahagia yaa!

Maafkeun ke un-productive-an diriku yaa, hahaha berbulan-bulan ini blog gak diempanin tulisan, wkwk..

Oke, Guys, tulisan kali ini ringan-ringan ajah, meski judulnya kayanya berat amat yaaa.. hihi..

Iya, ngobrol kita malam ini soal 'Abdi Negara' Guys!

Btw, apa yang ada di pikiran kamu kalau denger kata Abdi Negara or PNS? 

Kebanyakan orang pasti berpikir pekerjaan yang enak, gaji terjamin, banyak tunjangan, banyak tugas dinas, dapet uang saku, bisa kuliah dengan beasiswa, peningkatan jabatan, masa tua keliatan (hiks, kalau ghaib kita bukan manusia dong? haha..) dan serangkaian yang 'enak-enak' aja..

Ekspektasinya sih pengen gaji banyak, anak bisa sekolah di sekolah favorit, rumah mewah, kendaraat ketje, kerjanya pulang cepet.. atasan baik dan support..

Realitanya? 

ternyata gak semua semulus dan selancar yang tertulis di atas, Guys! πŸ˜–

Meminjam istilah Kepala Bagian Kepegawaian kami di instansi, Bapak H. M Nailil, setelah resmi menjadi abdi negara, biasanya bukan ASN-nya aja yang cerdas, tapi SK juga makin cerdas dan pinter karena 'disekolahin' [kemudian pusing cicilan bererottt... hiksssssss...] 😫 ((kebanyakan sih begini, meski tentu gak semua abdi negara pusing dengan banyaknya tagihan bulanan yah!)

So, Dear.. buat kamu yang punya cita-cita jadi abdi negara.. coba yuk kita kulik dulu makna abdi itu apa? Kalau lihat dari konteks salah satu bahasa yang cukup 'tua' di dunia, katakanlah bahasa Arab, bahasa ini juga memiliki padanan kata 'abdi' sebenarnya, yakni 'abdun (hamba). Karenanya, temen-temen suka dengerkan ada yang namanya Abdullah, Abdul Hamid, Abdul Karim dan Abdu--Abdul lainnya itu mengisyaratkan 'ketundukan' pada Allah, Rabb 'Alamin. Abdullah berarti hamba (Allah). Abdul Hamid (hamba dari Allah yang Maha Terpuji), Abdul Karim (hamba dari Allah yang Maha Mulia) dan lain sebagainya..

So, hubungannya apa dari abdi ke negara? sebentar.. sebentar.. [seruput kopi dulu] 😁

Maksudnya adalah, ketika kita sudah memilih untuk menjadi 'abdi' negara, maka posisikanlah diri kita sebagai makna 'abdi' itu sendiri-- tentu abdi disini, tidak bisa dimaknai secara tekstual yaitu hamba dari negara Indonesia, yah! Tapi, abdi negara adalah pelayan, pemakmur bahkan bisa jadi penjaga negara!

.

.

Wow, terdengar super sekali maknanya. SANGAT super, bahkan! Karena betapa mulia-nya makna abdi itu sendiri. Karenanya, negara ini, betapa perih hati dan teramat sangat disayangkan jika jabatan abdi negara ini 'hanya' banyak muncul di koran, media massa, media online, TV dan radio dengan banyaknya kasus korupsi, kolusi, nepotisme, gratifikasi, sikut sana sikut sini... 😭

.

.

MIRIS? iya, miris bangetttt memang. Apa yang telah terjadi dan menimpa sebagian abdi negara di negeri ini membuat kita gigit jari. Apa iya saya masih mau jadi abdi negara? Nanti malah memperburuk citra diri? takut kebawa.. [kebawa kemana?] 😁

.

.

Guys, meski beberapa oknum ASN sudah menciderai makna luhur 'abdi' itu sendiri, bercita-cita luhur untuk juga menduduki posisi sebagai 'pembantu, pensupport, pelayan' negara, TENTU boleh dan sah-sah saja.. TAPI.. [ada tapi-nya niiiih], tapi... jika dicapai dengan jalan yang benar, ikut jalur test yang panjang mengular, siap-siap dengan segala resiko surat ini, surat itu bermaterai sampai bersedia di tempatkan di bumi manapun, itu adalah beberapa 'anugerah' dari seorang abdi negara. So, kalau udah tau makna dari abdi negara, tupoksinya setiap hari harus apa, tujuan kita menjadi abdi negara karena apa, pelan-pelan kita luruskan lagi NIATNYA, yah!

.

.

Muslim yang beriman dan meyakini bahwa Tuhan punya banyak mata-mata (red: malaikat) dan yakin bahwa setiap amal dan laku akan dipertanggung jawabkan di hadapan-Nya kelak, tentu akan berpikir dua kali bahkan berkali-kali untuk sebentar saja keluar dari regulasi.  Bukan, bukan karena takut atasan, tapi takut pada Zat yang penglihatan-Nya melampaui seluruh makhluknya. Dia dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri.. #SayMasyaAllah..

.

.

SO, MASIH MAU JADI PNS?

Mau dong! Mangapa?πŸ˜…

Oke, kalau masih mau.. 

Bismillah dulu, niatkan karena Allah, bukan karena pengen dapet jodoh [boleh juga siii, wkwk]. Niatkan Lillah (only because of ALLAH)--- agar dipermudah bekerjanya, diberkahi sehat dan rezekinya, bersyukur atas apa yang kita terima. Jika udah bersyukur, maka PASTI CUKUP. That's true! Karena gaji berapapun pasti sangat bisa mencukupi KEBUTUHAN hidup. Tapi, gaji semilyarpun takkan pernah cukup untuk MEMENUHI GAYA HIDUP.. [catet banget ini 😌]... 

.

.

So, soal besarnya gaji? Jangan dipikirin, gaji gak kemana-mana, dia paling nungguin di depan kampus, ngetem dulu.. hahaha..  iya, Guys, be calm be happy donworiiii... gaji kan  hanya SALAH SATU dari milyaran bentuk rezeki Tuhan yang tanpa batasan, bukan?

.

.

Jadi, masih mau jadi PNS?

[Jiah, ditanya lagi..] πŸ˜‚

Mau dong!

Nah, kalau mau? Yang serius... usaha belajar dari sekarang, karena TIU, TWK, TKP tak mengejarmu. Engkaulah yang harus mengejar mereka. Persiapkan diri dengan total- lahir batiiiin, sebab test CPNS saat ini (apalagi zaman coronce) semua serba online dan transparan, gak ada lagi titip-titipan. Kalau mau nitip, boleh. Nitip gorengan πŸ˜†

.

.

Terus usaha apa lagi?

Bismillah, do'a yang khusyu', usaha yang kuat, tambahkan dzikir hariannya, jaga shalat wajib ditambah sunnah, kalau kuat puasa juga sedekah dan makin sayang sama isteri, suami, anak orangtua, mertua, saudara, keluarga. InsyaAllah, segala yang susah Allah buat mudah, yah!

.

.

Salam Tenang, Nggak Usah Tegang,

Duktur Insaf πŸ˜‚

Lecturer of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten 

Comments

Popular posts from this blog

Puasa Karena Pengen Masuk Surga, Atau?

Alhamdulillah , dengan penuh suka cita, sebagian besar umat Islam menyambut salah satu bulan mulia ( syahr haram ), bulan rajab yang kian mendekatkan kita ke bulan suci Ramadhan. Ungkapan suka cita itu termanifes dalam beragam bentuk, ada yang lebih rajin mengkaji al-Qur’an, memperbanyak shalat malam, merutinkan sedekah, sampai berupaya puasa sunnah. Terkait berpuasa di bulan Rajab, memang tidak ada ketentuan khusus atau hadits yang dijadikan rujukan. Jikapun ada, hadits itu dha’if (lemah) dan tertolak. Namun demikian, ada satu hadits yang menganjurkan umat Islam untuk merutinkan berpuasa sunnah pada bulan-bulan haram, meski tidak khusus hanya di bulan rajab karena bulan haram itu ada empat yakni Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan haram artinya bulan yang mulia. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Harits yang bertanya tentang puasa sunnah kepada beliau: “ Berpuasalah kamu di bulan kesabaran (Ramadhan), kem...