Skip to main content

Refleksi Sejenak, Yuk?


Begini Cara Sang Maha Baik Mendidik
Ina Salma Febriany

Sebulan lebih sudah kita semua ada di masa-masa awal penyebaran virus Corona yang kian hari kian merajalela. Tak kurang dari 6000 orang telah terinfeksi bahaya Covid-19 ini. Tak hanya bidang kesehatan yang terdampak; tenaga medis ter-suspect hingga akhirnya kembali kehadirat Allah satu demi satu. ya Allah, sedih rasanya.. dan sangat kehilangan sekaligus sadar bahwa bahaya corona itu bukan  hal yang biasa! Selain kesehatan, sektor ekonomi, pendidikan, travelling, perdagangan, perindustrian terlebih usaha dagang rumahan, bisnis pribadi kecil-kecilan; semua rata terkena imbasnya!

Namun demikian, dari sekian banyak dampak-dampak yang tersurat buruk dan merugikan itu, PASTI ADA celah-celah kebaikan Allah melalui hadirnya virus ini! kalau kata Aa Gym-mah, jangan fokus ke musibah tapi fokuslah ke hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari musibah itu. Bukankah kita yakin bahwa segala yang terjadi di muka bumi ini (bahkan yang menimpa diri sendiri) telah seizin Allah yang Maha Mewujudkan? Bukankah pula Allah pantang menakdirkan  sesuatu jika tiada manfaatnya? Well, begitulah uniknya cara Allah mendidik! Banyak pengajaran, pelajaran dan hikmah yang Allah kasih via Corona. Terlebih, corona hadir di saat-saat menuju hari spesial! Ramadhan; kenapa?

Biasanya Ramadhan ramai dengan kajian-kajian, sekarang kajian di rumah, siapa tau bisa sekalian khatmil Quran bareng keluarga, kan? Biasanya Ramadhan ramai dengan buka puasa bareng, sekarang buka puasanya lebih sederhana dengan lauk rumahan, masakan ibunda tercinta di rumah. Biasanya Ramadhan riweuh dengan sahur on the road, berisik dan ramai di jalan, rela sampai nggak pulang dan subuh ketinggalan, sekarang, sahur cukup di rumah, lebih hangat bareng keluarga karena sahur di luar rame-rame justeru bisa ditangkep aparat! Biasanya juga Ramadhan kental dengan pesantren kilat anak, pondok-pondok juga buka kelas pasaran dan sebangsanya, sekarang, pesantren kilatnya full di rumah; melatih ramadhan khusyu bareng keluarga. Biasanya pula ramadhan riuh ramai di pusat perbelanjaan, diskon gede-gedean dimana-mana, tanah abang membludak sikut kanan kiri pada tega-tega, copet banyak tiada terkira; sekarang cukup klik belanja online dari rumah, hmmm, tapi mikir lagi, beli baju lebaran, perlu nggak ya?

Iya atuh, perlu. Emang kenapa sih? Lumayan atuh buat menghibur diri, belanja online aja, daripada suntuk di rumah.

Iya, boleh- boleh. Sip! ya udah beli. Tapi, secukupnya aja, yah. Jaga diri dan jemari untuk gak boros aplg menimbun.

Hmmm, iya deh. Musim corona gini musim serba susah. Niat hati mah mau beli banyak-banyak, akhirnya mikir lagi. Mending uang yang ada buat makan atau beli kuota.

Eh, tapi baju itu juga bagus! Beli ah, gapapa lagi diskon 50% lumayan, coba kalau ga corona, ga diskon nih! Begitu kanan-kiri membisiki.

Akhirnya nyerah! Ke-klik 1 baju lagi, oke, fix. Masuk kerangjang! Eh, di bawah kanal keranjang, ada baju cantik bangeeet! Diskon 70+10% lagi, Waaah Gustiiii hamba ga sanggup. hahaha..

So, ke-klik baju ketiga tapi tiba-tiba feeling guilty. Apaan sih? Ngerasa salah, wkwk. Akhirnya, diliat lagi keranjangnya, diitung lagi total belanja yang tadi berapa, kalau yang tadi dihapus satu diganti ini berapa, dstnya.. penuh pemikiran. Udah semua masuk keranjang, jumlah masih on budget kok gak bengkak-bengkak amat. Tapi..

“Kak, suami saya nggak kerja lagi. Biasa ojek pengkolan tapi sekarang sepi. Ketemu buat makan aja udah syukur..”

Saya terima Whatsapp salah satu ibu-ibu kurang mampu di sekitar rumah. Nggak lama..

Kak, apakah ada kerjaan buat saya? Yang penting ada buat makan sehari-hari. Kasian anak dan  cucu saya kelaparan..”

Terima Whatsapp kedua. Ya  Allah, nggak kuat hati. Sambil masih pegang HP, geser-geser lagi ke keranjang belanja yang belum selesai transaksi. Tiba-tiba..

“Kalau kakak ada kerjaan buat saya, kabarin ya, kak. Saya bisa cuci gosok, kak.” lanjutan WA ibu barusan.

Ya Allah, ratusan ribu buat memenuhi hasrat mata dan keinginan buat beli baju-baju, tapi apa ada gunanya? Masih termenung liat layar HP, natap baju-baju bagus, tunik lucu, gamis unyu lumayan cicil buat lebaran, tapi.. inget lagi.. apa ada manfaatnya? Bukannya pakai baju bagus cuma semenit-dua menit buat foto, pasang di medsos, puas, lega, bahagia, dapat likes dan banyak komen; terus selesai??

Ah, tapi beli baju  juga berarti bantu sesama yang lagi usaha, kan? Iya, betul. Sama-sama bantu juga kok.

Yes, sepakat! 
Tapi.. coba tanya lagi pelan-pelan ke hati masing-masing..
pelan-pelaaan banget nanyanya; apakah ini perlu? apakah butuh banget?apakah cuma sekedar beli, aja..satu lagi yang nggak kalah penting; tanya ke hati yang selalu jujur dan ga pernah berdusta---- apakah Allah seneng/ ridha? 

Sementara, kanan-kiri tetangga kena PHK, pedagang kaki lima meronta-ronta, kuli cuci dan pekerja serabutan dirumahkan majikannya--- dan mungkin mereka nggak kepikiran beli baju lebaran karena uang yang ada yang penting bisa buat isi perut, makan. Apalagi di bulan-bulan puasa yang dimana saat buka puasa kita aja kepengen yang enak-enak dan unik-unik; ya lontong, es buah, gorengan, kolek, tapi.. inget lagi.. apakah ini baik dan Allah ridha? Ya Allah..

So that, betapa bijaknya Allah mengajarkan empati, berbagi, sadar diri, lewat Corona ini. Pelajaran dan latihan mental yang mungkin ga akan kita peroleh jika corona nggak pernah ada di dunia. Semua orang tentu susah dan terdampak, tapi ingat, masih banyaaaak  orang susah yang lebih-lebih terdampak; bahkan ada yang rela mencuri beras demi keluarganya tetap hidup dan bisa makan. Ada pula yang bertahan dengan minum air putih, karena nggak kebeli beras, ya Allah... sedih...

          Yuk banyakin syukurnya, yuk. Berhenti mengeluh sama Allah dan mulai melihat sisi-sisi baik dari corona ini. Berhenti menghujat pemerintah dan cari cara sederhana untuk bisa bantu dan berbagi ke sesama. Inilah saat-saat kita menambah dan memperbaiki amal. Inilah saat kita #DirumahAja sehingga jadi bisa ngaji di rumah, lebih lekat dan dekat ke al-Quran sebab Ramadhan adalah bulan umatnya Rasulullah. Bulan terbaik untuk mendekatkan diri dengan lebiiiih dekat dengan al-Quran karena mungkin di bulan-bulan selain Ramadhan, kita sibuuuuuk urusan dunia, shalat sunnah secukupnya, puasa Senin-Kamis belom kuat rasanya,  hiks..

Dan Inilah saat terbaik untuk latihan empati! inilah cara Allah mendidik kita semua dengan sungguh unik sebab Dialah Allah Yang Maha Baik. Allah nggak akan biarkan apapun menimpa satu makhluk-Nya, jika tidak ada hikmah dan kebaikan di dalam-Nya. Percaya, ya? Yakin, ya? Bersyukur terus, ya? Maha Baik Allah. Allah Maha Baik.

Hmmm.. akhirnya, jadi beli baju lebaran, nggak?
hehe, boleh-boleh... Asal tetap bijak gunakan dana yang ada, ya. Tetap waspada belanja pakai tutup mata biar nggak haus dan laper mata, wkwkw.., berusaha juga supaya gak ishraf (berlebihan) ya, Dear! dan tentu, setelah uang atau THR yang  ada disisihkan kepada mereka yang membutuhkan, ya! selamat dan semangat menebar dan terus berbagi kebaikan, everyone!

Semoga refleksi sederhana ini, ada manfaatnya, ya kawan!
Salam sayang..

Comments

Popular posts from this blog

Puasa Karena Pengen Masuk Surga, Atau?

Alhamdulillah , dengan penuh suka cita, sebagian besar umat Islam menyambut salah satu bulan mulia ( syahr haram ), bulan rajab yang kian mendekatkan kita ke bulan suci Ramadhan. Ungkapan suka cita itu termanifes dalam beragam bentuk, ada yang lebih rajin mengkaji al-Qur’an, memperbanyak shalat malam, merutinkan sedekah, sampai berupaya puasa sunnah. Terkait berpuasa di bulan Rajab, memang tidak ada ketentuan khusus atau hadits yang dijadikan rujukan. Jikapun ada, hadits itu dha’if (lemah) dan tertolak. Namun demikian, ada satu hadits yang menganjurkan umat Islam untuk merutinkan berpuasa sunnah pada bulan-bulan haram, meski tidak khusus hanya di bulan rajab karena bulan haram itu ada empat yakni Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan haram artinya bulan yang mulia. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Harits yang bertanya tentang puasa sunnah kepada beliau: “ Berpuasalah kamu di bulan kesabaran (Ramadhan), kem...