Alhamdulilahi
rabbil ‘alami>n, tibalah kita
semua di malam nishfu (pertengahan)
bulan Sya’ban. Tinggal menghitung jemari, Ramadhan akan segera menghampiri. Lima
belas hari lagi, bulan mulia dimana amal-amal baik dilipatgandakan oleh Allah
segera kita hadapi. Meski dalam kondisi belum baik-baik saja, kita semua harus
berbahagia menyambut kemuliaan bulan Ramadhan nanti. Berbicara mengenai bulan
Ramadhan, kemuliaan bulan ini tentu tidak diragukan lagi. Sebab al-Qur’an telah
melukiskan secara jelas bahwa syahr ramadha>n unzila fi>hi al-Qur’an—bulan
dimana diturunkannya al-Qur’an (Qs. al-Baqarah/2: 185). Hal inilah yang
menjadikan bulan Ramadhan begitu istimewa dibanding bulan-bulan selainnya.
Berbicara mengenai Ramadhan, persiapan apa
yang sudah teman-teman lakukan? Ini penting! Kenapa? Karena banyak
saudara-saudara kita yang menghadapi awal Ramadhan nanti dengan perasaan berat,
lemah, dan tak bergairah. Puasa hanya membuatnya lelah. Menahan dahaga dan
lapar dari terbit fajar hingga terbenam matahari terasa meletihkan! Adakah yang
harus diperbaiki agar hal ini setidaknya dapat kita hindari? Ada! Rasulullah Saw
sendiri telah memberikan contoh dan teladan
bagaimana agar Ramadhan bisa dilalui dengan semangat dan tetap
produktif. Caranya? Mari kita simak hadits dari ‘Aisyah ra di bawah ini!
Imam Ahmad rahimahullah dan
Nasa’i rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dari Usâmah bin Zaid
Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhuma mengatakan, “Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa dalam sebulan sebagaimana
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada bulan Sya’bân. Lalu ada yang
berkata, ‘Aku tidak pernah melihat anda berpuasa sebagaimana anda berpuasa pada
bulan Sya’bân.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Banyak orang melalaikannya antara Rajab dan
Ramadhân. Padahal pada bulan itu, amalan-amalan makhluk diangkat kehadirat
Rabb, maka saya ingin amalan saya diangkat saat saya sedang puasa (HR An Nasa’i. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Pada hadits
lain dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, mengatakan, “Aku pun tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari dan
Muslim diriwayatkan oleh Abu Salamah ra).
Selain hadits
di atas, ‘Aisyah ra juga meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw tidak berpuasa sebulan penuh di bulan Sya’ban kecuali
hanya beberapa hari saja. Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa riwayat-riwayat
tersebut bisa dikompromikan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya)
adalah kebanyakan. Dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari
dalam satu bulan dapat dikatakan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan. Menanggapi
hadits tersebut di atas, Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim menyebutkan, para ulama mengatakan,
Nabi Saw tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan
Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. Namun demikian,
Rasulullah tetap mengupayakan puasa sunnah agar bisa lebih terbiasa dan mudah
menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Dengan demikian,
di antara rahasia atau hikmah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban
adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib).
Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia
mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban.
Secara fisik,
membiasakan diri berpuasa sunnah di bulan Sya’ban juga dianggap sebagai latihan
(atau dalam olahraga disebut dengan pemanasan) sebelum pertandingan. Juga
mengingatkan kepada mereka yang memiliki hutang puasa Ramadhan tahun lalu, agar
membayar puasanya pada bulan Sya’ban. Seperti isteri Nabi, ‘Aisyah, pernah
mempunyai hutang puasa Ramadhan sebelumnya, dan membayarnya pada bulan Sya’ban,
saat suaminya juga memperbanyak puasa di dalamnya.
Di dalam
kitab Latho>if
Al-Ma’a>rif disebutkan, memperbanyak puasa pada bulan
Sya’ban adalah sebagai latihan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang
sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan
lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Selain dianjurkan untuk melatih diri berpuasa sunnah maupun membayar hutang
puasa Ramadhan di bulan Sya’ban, terdapat keutamaan khusus
untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa
Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya,
kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Majah,
At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).
Demikianlah beberapa keutamaan bulan
Sya’ban. Yuk perbanyak berpuasa sunnah di bulan ini. Kalau masih punya hutang
puasa Ramadhan, dibayar dulu ya!
Comments
Post a Comment