Skip to main content

Meneladani Kemaha Lembutan-Nya



Hai Dear,
Apa kabar semua?
Memasuki minggu ketiga beribadah, bekerja dan belajar di rumah, hmmm.. semoga semangat nggak down dan tetap menyala, ya! Meski nggak dipungkiri, sebagai makhluk sosial, pasti butuh keluar untuk interaksi dengan sesama (hela nafas super panjang.. dan terus husnuzhan kondisi yang tak mudah ini akan segera berakhir, hiks!) Btw, ngomongin semangat yang mulai kendor.. kondisinya sama persis dengan iman sebenarnya ya! Kok sama? Iya.. karena iman bisa bertambah dan bisa berkurang.. hiks! Nah, diskusi tentang iman, ada yang pernah nggak merasa jauh (dan dijauhkan Allah?) perasaan aja, sih sebenarnya. Sebab jelas, Allah nggak pernah ngejauh dari hamba-Nya. Hanya karena dosa, kesombongan, kekhilafan yang membuat kita jauh dan ngerasa ditinggal oleh-Nya! L
Andai kita mau melihat lebih ‘dalam’ keluhuran dan kemuliaan Dzat-Nya, Allah Yang Maha Rahman juga memiliki sifat al-Lathif yang juga salah satu nama baik (Asma-ul Husna)  Allah. Al-Lathif yang terdiri dari tiga huruf yakni lam-tha dan fa yang berarti Maha Halus, Maha Lembut, Maha Kuasa.
Dalam al-Qur’an sendiri, lafadz lathif disebutkan hanya dengan dua derivasi pertama lafadz wal-yatalaththaf dalam Qs. Al-Kahf/18: 19dan kedua dalam lafadz al-Lathif yang disebutkan tujuh kali dalam beberapa surah yaitu pertama, Qs. Al-An’am/6: 103. Kedua, Qs. Yusuf/12: 100. Ketiga, Qs. Al-Hajj/22: 63. Keempat, Qs. Luqman/31: 16. Kelima, Qs. Asy-Syura/42: 19. Keenam, Qs. Al-Mulk/ 67: 14. Terakhir, Qs. Al-Ahzab/ 33: 34.
            Ada satu ayat yang paling ‘mengena’ soal al-Lathif ini, yaitu “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (Qs. Al-An’am/6: 103).
Selain menunjukkan ke-Maha Kuasaan Allah tentang hal-hal ghaib yang (hanya) Allah saja yang Mengetahui, Allah juga yang Maha Mengetahui segala perbuatan manusia kendati manusia berupaya menutup-nutupinya; termasuk kisah yang pernah terjadi pada Nabiyallah Yusuf saat saudara-saudaranya membuat tipu daya untuk Ayahnya, Ya’qub sehingga Nabi Yusuf terpisah sekian lama oleh sang ayah. Ya’qub yang setiap hari menangis hingga hampir buta, hanya mampu mengadukan kesedihannya pada Allah dengan mengucapkan ‘Innama> asyku> batsi> wa huzni> ila> Allah,” sungguh, hanya kepada Allah aku adukan perasaan kehilangan dan kesedihan ini,” kemudian, seizin Allah, Yusuf dan saudara-saudaranya kembali bersatu melalui cara-Nya yang luar biasa.
            Dan ia (Yusuf) menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. dan berkata Yusuf, "Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. dan Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepada-Ku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Yusuf/12: 100)
            Kisah Yusuf as di atas adalah satu dari sekian banyak kehendak Allah yang tak jarang di luar jangkauan manusia. Termasuk dalam soal rezeki,  Allah al-Lathif memberikan rezeki tak terbilang jumlah dan bentuknya. Rezeki kadang berbentuk materi, kesehatan, ketenangan hati, kebahagiaan, kenyamanan hidup, kedamaian dalam iman dan Islam, serta banyak lagi.
            Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.”  (Qs. Asy-Syura/42: 19)
            Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah Maha Lembut yaitu Allah melimpahkan dengan sangat mudah dan sangat lembut, banyak sekali kebajikan untuk hamba-hamba-Nya baik yang mukmin maupun yang kafir. Seluruh makhluk juga terjamin rezekinya dengan mudah mereka peroleh. Dia memberi rezeki kepada siapapun yang Dia kehendaki, masing-masing sesuai dengan upaya dan kemaslahatan. Dengan kemaha-lembutan-Nya itu, tidak ada satupun yang luput dari anugerahnya. Maha Baik Allah dengan segala kehendak-Nya. Semoga kesulitan yang tengah kita alami saat ini segera berlalu sesuai waktu yang terbaik menurut-Nya. Semoga pula Allah lembutkan hati kita untuk bisa melihat cobaan dalam bentuk virus super kecil ini dengan hati yang lapang. Hati yang ikhlas hingga tak ada lagi celah untuk mengeluh atas kehendak-Nya yang sedemikian indah. Maha besar Allah atas segala takdir-Nya....
           





Comments

Popular posts from this blog

Puasa Karena Pengen Masuk Surga, Atau?

Alhamdulillah , dengan penuh suka cita, sebagian besar umat Islam menyambut salah satu bulan mulia ( syahr haram ), bulan rajab yang kian mendekatkan kita ke bulan suci Ramadhan. Ungkapan suka cita itu termanifes dalam beragam bentuk, ada yang lebih rajin mengkaji al-Qur’an, memperbanyak shalat malam, merutinkan sedekah, sampai berupaya puasa sunnah. Terkait berpuasa di bulan Rajab, memang tidak ada ketentuan khusus atau hadits yang dijadikan rujukan. Jikapun ada, hadits itu dha’if (lemah) dan tertolak. Namun demikian, ada satu hadits yang menganjurkan umat Islam untuk merutinkan berpuasa sunnah pada bulan-bulan haram, meski tidak khusus hanya di bulan rajab karena bulan haram itu ada empat yakni Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Bulan haram artinya bulan yang mulia. Allah memuliakan bulan ini dengan larangan berperang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Harits yang bertanya tentang puasa sunnah kepada beliau: “ Berpuasalah kamu di bulan kesabaran (Ramadhan), kem...